Langsung ke konten utama

Humor Ternak Lele dan Sebuah Renungan

Belakangan saya melihat beberapa teman saya membagikan meme atau jokes mengenai berternak lele, saya jadi bertanya-tanya kenapa kemudian humor ini jadi viral. Sebenarnya apa yang salah dengan berternak lele.

Setelah mencari dan bertanya, ternyata asal dari humor ternak lele adalah dari kemudahan hal ini dilakukan. Saya sendiri kurang mencari lebih jauh tentang bagaimana lele diternakkan, tetapi menurut teman saya dari fakultas biologi menyatakan kalau lele sangat mudah diternak karena bisa memakan hampir semua jenis makanan, tahan penyakit, dan tumbuh cepat sehingga tidak butuh keahlian yang tinggi dalam menernaknya. Selain itu saya telusuri ternyata meme mengenai ternak lele mulai naik daun sesaat setelah pengumuman SBMPTN yang sebenarnya merupakan olok-olok pada mereka yang gagal seleksi agar mulai berternak lele saja, tetapi sumber lain mengatakan bahwa itu bukan olok-olok tapi penyemangat bahwa hidup bukan cuma sekolah, tetapi lebih dari itu adalah kerja sehingga buat apa sekolah kalau ada pekerjaan yang bisa dilakoni.

Dalam mengikuti perkuliahan nanti anda akan mendapat dilema seperti ini, suatu ketika anda akan bertemu senior anda yang telah lulus, tetapi tidak kunjung bekerja dan itu membuat anda mempertanyakan tujuan anda kuliah. Sementara teman anda di kampung mungkin teman masa SD, SMP, dan SMA sudah bekerja entah itu mengelola bisnis keluarga, karyawan pabrik (teman SMP yang masuk SMK), atau membuka bisnis sendiri. Mereka ini di sosial media membagikan foto-foto kesuksesan mereka entah punya motor baru, mobil baru, atau bahkan rumah baru. Mereka menikah lebih dahulu dari anda yang masih kuliah. Anda akan makin bertanya untuk apa sebenarnya anda berkuliah. Memang repotnya terkadang senior yang sudah lulus tapi sering ke kampus biasanya adalah yang tidak kunjung dapat pekerjaan jadi mereka ke kampus untuk mencari informasi lowongan kerja, minta rekomendasi dosen, atau sekedar legalisir ijazah yang habis dipakai untuk melamar kerja.

Kembali lagi ke humor ternak lele, kalau ada pekerjaan yang mudah seperti ternak lele lalu buat apa saya melanjutkan kuliah. sering kali saya berpikir untuk keluar dari kampus dan mencoba berbisnis, toh orang-orang paling kaya di dunia kaya karena bisnisnya bukan karena gelarnya. Hal ini sangat menghantui terutama pada masa-masa sulit seperti saat tugas yang banyak atau bermasalah dengan dosen.

Jawaban dari semua pikiran yang menghantui saya itu adalah:

1. Orang tua
Orang tua sudah dari kecil selalu merawat dan membesarkan saya. Selama hidup saya tidak banyak yang sudah saya lakukan bagi mereka ketimbang yang mereka lakukan bagi saya sehingga sekali dalam hidup saya saya ingin membuat mereka bangga dan bahagia pada hari wisuda saya. setelahnya hanya masalah mendapat kehidupan yang mapan dan stabil..

2. Hasil yang lebih stabil
Memang benar jika menjadi pengusaha saya akan mendapat banyak uang, tetapi resikonya juga tinggi. Selain itu harus bersusah di depan dalam meletakkan pondasi usaha yang masih rapuh. pada fase ini saya rasa saya tidak yakin dengan kemampuan saya dalam membuat pondasi usaha itu. Oleh karena itu penghasilan seorang pengusaha sangat bergantung dari pondasi yang dia bangun ini. Pondasi itu pada dasarnya adalah modal berupa bangunan tempat bisnis, sistem kerja, dan relasi. masalahnya adalah ketiga hal ini sangat rapuh misalkan modal yang bisa berupa tempat bisnis, barang dagangan, hewan ternak atau yang lainnya adalah sesuatu yang tidak melekat pada diri sehingga bisa direngut oleh suatu kecelakaan atau musibah seperti kebakaran, gempa, kerusuhan, penjarahan, atau kegiatan kejahatan seperti perampokan. Sistem  kerja adalah sesuatu yang lebih mudah dipertahankan tetapi tetap saja sistem ini harus diisi oleh orang lain karena tidak mungkin dijalankan oleh seorang diri. orang ini bisa saja mati mendadak, pindah kerja, menghianati anda dan lain sebagainya. Relasi adalah hal tersulit bagi saya untuk saya dapatkan karena saya tidak terlalu pintar dalam bergaul. Relasi adalah pondasi yang paling rapuh di sini, karena sifatnya sulit diperhitungkan. Bisnis anda bisa berjalan dengan baik karena anda memiliki relasi yang baik dengan bupati yang menjabat, tetapi ketika ada pergantian bupati bisa saja bupati baru berusaha menjegal anda karena anda adalah relasi musuh politiknya.Atau relasi anda tidak mau menolong anda lagi karena baginya kemajuan bisnis anda tidak menguntungkan bagi dirinya.

Oleh karena itu saya ingin dasar dari matapancaharian saya melekat pada diri saya sendiri yaitu keahlian atau pengetahuan yang tidak akan lepas dari diri saya dengan begitu saya membutuhkan kuliah. saya butuh ijazah kuliah karena itu adalah bukti dari keahlian saya.

3. Memperbanyak relasi
Seperti yang saya katakan pada poin nomor dua relasi itu penting bahkan jika anda akan berwiraswasta atau menjadi pengusaha. Salah satu tempat yang baik untuk mencari relasi adalah di kampus. disini anda akan bertemu pemikir-pemikir briliant atau cuma anak orang kaya yang dipaksa sekolah. keduanya adakan berguna untuk anda jadi carilah teman sebanyak mungkin saat kuliah.

4. Saya tidak spesial
Secara statistik, berapa persen sih jumlah pengusaha  yang sukses? jawabannya tidak banyak. bukan karena memulai menjadi pengusaha itu susah, tetapi menyukseskannya yang susah. butuh banyak sekali faktor untuk bisa mencapai kesuksesan. faktor-faktor itu tidak mungkin untuk didaftar satu persatu, tetapi yang jelas hanya sedikit sekali orang yang memilikinya. Faktor ini tidak hanya kerja keras dan ketekunan. saya banyak melihat teman saya yang juga pekerjakeras dan tekun, tetapi tidak kunjung sukses bahkan sering sekali jatuh bangun. jadi menurut saya faktor-faktor yang berperan ini jauh melebihi itu. yang jelas mereka adalah orang yang istimewa atau spesial dan saya rasa saya bukan diantaranya jadi saya lebih memilih jalur aman dengan mengikuti perkuliahan.

segitu saja dari saya, jika ada yang tidak berkenan silahkan berkomentar jika ada yang ingin didiskusikan juga silahkan berkomentar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri

Meskipun sudah delapan tahun yang lalu, tetapi saya masih ingat bagaimana sulitnya agar diterima di perguruan tinggi negeri apalagi kalau jurusannya favorit. Saat itu saya punya tujuan agar masuk ke sebuah PTN di Jakarta dengan jurusan yang spesifik, tetapi karena dalam hati saya juga meragukan diri saya sendiri maka saya juga mendaftar ke beberapa PTN lain, tetapi saya tidak mau masuk ke Perguruan Tinggi Swasta karena biaya yang dikeluarkan pasti sangat mahal dan orang tua saya mengatakan tidak mampu kalau harus ke PTS. Setelah mengikuti bimbingan belajar yang melelahkan, melakukan diskusi dengan senior dan teman yang sudah diterima, dan mengalami sendiri rasanya Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau UMPTN (pada zaman saya namanya SNMPTN lalu berubah jadi SBMPTN dan apalah namanya sekarang) dan penerimaan lain yang digelar oleh PTN secara mandiri saya menyimpulkan ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh anda yang ingin sukses dalam UMPTN ini. 1. Ikut Bimbel

About Me

Hai perkenalkan nama saya [censored] panggil saja saya Adsut. saya adalah seorang laki-laki yang masih belum menikah pada umur saya 26 tahun. saya sengaja belum menikah karena ingin mengejar karir lebih dahulu. saya rencana baru mau menikah setelah pekerjaan saya mulai slow down tidak banyak beban lagi. mengenai pekerjaan saya, saya terpaksa merahasiakan karena jumlahnya tidak banyak jadi kalau sudah tahu pekerjaan saya apa pasti akan mudah melacak saya.karena jumlahnya belum banyak di Indonesia. Jadi mohon maaf saja ya semua serba  rahasia di blog ini. isinya juga mungkin tidak penting-penting amat, cuma curhatan dan motivasi hidup saya. supaya bermanfaat saya berusaha setiap curhatan juga ada motivasi dan evaluasi diri saya supaya pembaca tidak rugi-rugi banget. jadi ada take home message nya.  Itu saja. saya menulis supaya luapan perasaan saya tidak dibendung terus nanti malah bisa jebol. yak happy blogging guys.

Pelajaran dari Kafe di Kampung

Kali ini saya akan menceritakan salah satu pengalaman saya pulang kampung setelah sekian lama dan diskusi saya bersama beberapa teman saya saat pulang kampung ini. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya saya itu kurang pandai bergaul dan teman saya saat SD dan SMP sedikit jadi kalau saya pulang kampung ya pasti nongkrong dengan orang yang itu-itu saja. Saat saya pulang kampung kemarin saya sudah keluar dari pekerjaan lama saya jadi statusnya pengangguran. Saya bisa di rumah sekitar empat bulan sebelum kembali ke Jakarta karena diterima di tempat kerja baru saya. Selama empat bulan saya bisa mengunjungi beberapa sanak saudara dan menjelajahi kampung halaman saya. sepertinya saya sudah hampir 7 tahun tidak keliling-keliling. Saat saya keliling-keliling saya memperhatikan sudah banyak fasilitas-fasilitas publik yang dulu tidak ada sekarang sudah ada atau yang dulu ada sekarang sudah lebih baik. Tempat nongkrong jadi lebih banyak, pertokoan ada di mana-mana. Dulu tidak ada toko ko