Langsung ke konten utama

Wiraswastawan tapi Karyawan

Ini adalah pengalaman hidup yang diceritakan oleh teman saya. Sebuah pengalaman yang aneh sebenarnya, tetapi sangat menginspirasi terutama buat anda sekalian yang ingin menjadi wiraswastawan yang berhasil.kisah ini sudah cukup lama umurnya yaitu saat saya baru lulus kuliah.

Saat pertamakali lulus dari perguruan tinggi negeri, beberapa teman saya di kampung sudah lebih dahulu lulus. Saat itu saya berkumpul dengan teman-teman saya (biasa traktiran wisudawan baru). saya menanyakan bagaimakan kabar mereka, ada yang masih ngurus skripsi, ada yang menunggu tanggal wisuda, ada yang masih mencari kerja, dan ada yang sudah kerja.

Yang membingungkan adalah salah satu teman saya yang sudah bekerja di sebuah gerai waralaba. Yang membingungkan adalah anak ini sebenarnya cukup cerdas lulusan sarjan ekonomi dari universitas terkemuka dan anak dari seorang pengusaha yang tokonya sangat besar di kampung kami, tetapi mau digaji setara dengan UMR di daerah kami (waktu itu cuma 1,8 jt). Saat itu teman saya ini enggan menceritakan pekerjaannya (saya pikir dia malu kerja di tempat seperti itu) jadi tidak saya gali lebih jauh.

Beberapa minggu yang lalu saya berkunjung ke rumah teman saya itu yang baru dan dia sudah membuka percetakan dan studio foto. Saya lalu berusaha mengungkit pekerjaan lamanya dan kali ini dia menceritakannya dengan panjang lebar. cerita sebenarnya adalah saat dia bekerja di gerai wara laba tersebut sebenarnya bukan keinginannya sendiri melainkan perintah dari ayahnya yang memiliki toko besar di kampung kami. Bisnis keluarga teman saya makin membesar sejak dua kakak teman saya juga membuka toko di tempat lain. Untuk mendapat produk murah, ketiga toko ini menyatukan pesanan menjadi satu atas nama toko ayah mereka sehingga bisa membeli dengan jumlah lebih besar dan meminta potongan harga lebih besar atau memesan langsung dari pabrik tanpa perantara. maslahnya dengan begitu banyak barang dan pekerja yang harus diurus sistem pembukuan dan manajeman yang biasa mereka gunakan menjadi tidak lagi sesuai sehingga butuh mempelajari sistem lain (saya sendiri tidak paham yang teman saya bicarakan). Oleh karena itu teman saya diminta bekerja pada gerai wara laba ini untuk mempelajarai sistem pembukuan dan manajeman mereka agar bisa diterapkan pada toko keluarga mereka karena sebenarnya ketiga toko milik ayah dan kakak teman saya ini mirip dengan bisnis waralaba. Setelah hampir satu tahun, teman saya ini yakin sudah tidak ada yang bisa dipelajari lagi di tempat kerja akhirnya dia mengundurkan diri.

Setelah itu teman saya membuka usahanya sendiri yang sebenarnya masih mirip-mirip dengan toko milik keluarganya yang lain yaitu percetakan dan studio foto. Teman saya tidak menceritakan lebih jauh mengenai apa yang dipelajar di tempatnya dahulu, tetapi menurutnya sekarang memang bisnis keluarganya meski sekilas berbeda, tetapi sebenarnya sama saja. Ayah teman saya berbisnis studio foto, tempat fotocopy, dan alat tulis kantor. Karena kegigihannya sekarang toko ini sangat besar dan punya gudang yang besar. Kakaknya yang pertama membuka toko komputer, tempat pengetikan, fotocopy, dan kursus komputer. Kakaknya yang kedua membuka toko yang sama dengan ayahnya, tetapi berbeda kampung sehingga tidak berebut pasar. Lalu teman saya ini membuka percetakan dan studio foto. jika diuraikan sebenarnya ketiganya membutuhkan barang-barang yang sama yaitu komputer, kertas, dan tinta.ketiga barang ini dikelola bersama dan kini keluarga teman saya merupakan salah satu distributor terbesar di kabupaten kami.

Saya bertanya apakah hal-hal yang teman saya dapat dari bekerja di gerai wara laba ini tidak diajarkan di kampusnya. menurutnya sebenarny hal-hal ini diajarkan secara teoritis, tetapi dirinya mengaku sulit sekali menerjemahkan bahasa teks book kedalam dunia nyata oleh karena itu lebih baik melihat langsung dari dunia kerja yang nyata. Gaji yang kecil jangan menjadi penghalang karena yang diinginkan memang bukan uangnya tetapi ilmu dan kemampuannya.

Dari kisah ini saya simpulkan sebenarnya apa yang kita dapat dari tempat kuliah itu sangat lengkap, tetapi terkadang sulit untuk diterjemahkan menjadi keahlian praktis yang berguna di dunia kerja. oleh karea itu sebagai fresh graduate tentu anda ingin segera memiliki pekerjaan dengan gaji yang besar, tetapi anda harus ingat bahwa gaji yang besar juga berarti tuntutan yang besar pula, oleh karena itu sebaiknya anda menyisihkan waktu setelah lulus untuk memperoleh ilmu dari kerja langsung dan rela dibayar rendah. mungkin istilah yang paling tepat adalah magang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Humor Ternak Lele dan Sebuah Renungan

Sumber Meme Belakangan saya melihat beberapa teman saya membagikan meme atau jokes mengenai berternak lele, saya jadi bertanya-tanya kenapa kemudian humor ini jadi viral. Sebenarnya apa yang salah dengan berternak lele. Setelah mencari dan bertanya, ternyata asal dari humor ternak lele adalah dari kemudahan hal ini dilakukan. Saya sendiri kurang mencari lebih jauh tentang bagaimana lele diternakkan, tetapi menurut teman saya dari fakultas biologi menyatakan kalau lele sangat mudah diternak karena bisa memakan hampir semua jenis makanan, tahan penyakit, dan tumbuh cepat sehingga tidak butuh keahlian yang tinggi dalam menernaknya. Selain itu saya telusuri ternyata meme mengenai ternak lele mulai naik daun sesaat setelah pengumuman SBMPTN yang sebenarnya merupakan olok-olok pada mereka yang gagal seleksi agar mulai berternak lele saja, tetapi sumber lain mengatakan bahwa itu bukan olok-olok tapi penyemangat bahwa hidup bukan cuma sekolah, tetapi lebih dari itu adalah kerja sehing

About Me

Hai perkenalkan nama saya [censored] panggil saja saya Adsut. saya adalah seorang laki-laki yang masih belum menikah pada umur saya 26 tahun. saya sengaja belum menikah karena ingin mengejar karir lebih dahulu. saya rencana baru mau menikah setelah pekerjaan saya mulai slow down tidak banyak beban lagi. mengenai pekerjaan saya, saya terpaksa merahasiakan karena jumlahnya tidak banyak jadi kalau sudah tahu pekerjaan saya apa pasti akan mudah melacak saya.karena jumlahnya belum banyak di Indonesia. Jadi mohon maaf saja ya semua serba  rahasia di blog ini. isinya juga mungkin tidak penting-penting amat, cuma curhatan dan motivasi hidup saya. supaya bermanfaat saya berusaha setiap curhatan juga ada motivasi dan evaluasi diri saya supaya pembaca tidak rugi-rugi banget. jadi ada take home message nya.  Itu saja. saya menulis supaya luapan perasaan saya tidak dibendung terus nanti malah bisa jebol. yak happy blogging guys.

Pelajaran dari Kafe di Kampung

Kali ini saya akan menceritakan salah satu pengalaman saya pulang kampung setelah sekian lama dan diskusi saya bersama beberapa teman saya saat pulang kampung ini. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya saya itu kurang pandai bergaul dan teman saya saat SD dan SMP sedikit jadi kalau saya pulang kampung ya pasti nongkrong dengan orang yang itu-itu saja. Saat saya pulang kampung kemarin saya sudah keluar dari pekerjaan lama saya jadi statusnya pengangguran. Saya bisa di rumah sekitar empat bulan sebelum kembali ke Jakarta karena diterima di tempat kerja baru saya. Selama empat bulan saya bisa mengunjungi beberapa sanak saudara dan menjelajahi kampung halaman saya. sepertinya saya sudah hampir 7 tahun tidak keliling-keliling. Saat saya keliling-keliling saya memperhatikan sudah banyak fasilitas-fasilitas publik yang dulu tidak ada sekarang sudah ada atau yang dulu ada sekarang sudah lebih baik. Tempat nongkrong jadi lebih banyak, pertokoan ada di mana-mana. Dulu tidak ada toko ko